CIREB0N – Menjelang Idul Adha 1443 H di Indonesia, biasanya sejumlah kebutuhan untuk menyantap hewan kurban pasti telah dipersiapkan, baik berupa bumbu dapur maupun perlengkapan lainnya seperti arang, tusuk sate dan lain sebagainya. Khusus penggemar sate, biasanya memerlukan arang untuk membakar daging kambing dan sapi.
Tiga hari jelang Hari Raya Idul Adha pada Minggu (10/7/2022) mendatang, para perajin arang batok kelapa di Desa Gintung Lor, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon kewalahan karena banyaknya permintaan konsumen berupa arang untuk membuat sate saat lebaran Idul Adha nanti.
Bahkan, permintaan arang meningkat drastis hingga 100 persen lebih. Jika hari biasa, mencapai 1 kwintal per hari, kini jelang Idul Adha bisa meningkat 2 hingga 3 kwintal per harinya.
Sejumlah perajin arang batok merasa kesulitan mendapatkan bahan baku saat ini. Batok kelapa sendiri biasanya diperoleh dari pedagang pasar tradisional dan sisanya membeli dari wilayah Kabupaten Ciamis.
Seorang pengrajin arang batok kelapa, Acung Jubaedi mengatakan, peminat arang menjelang Idul Adha cukup banyak dan meningkat drastis. Untuk menjalani usaha arang ini, ia dibantu 10 pemuda lainnya.
“Untuk hari biasa satu hari 1 kwintal, kalau menjelang Idul Adha, 1 hari 2-3 kwintal, bahkan sampai kewalahan mencari bahan. Kami menjual dengan harga Rp 9.000 hingga 10.000 per kilogram, dikirim ke pengepul di Indramayu dan Kota Cirebon,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (7/7/2022)
Acung menceritakan, usaha arang batok kelapa ini berawal dari keprihatinannya, bahwa banyak pemuda setempat warga Gintung Lor yang menganggur di tambah sehingga banyak yang pergi kerja keluar kota.
Meski mulanya banyak cibiran warga, namun dirinya mampu membuktikan kepada masyarakat, bahwa arang batok kelapa yang dinilai sampah, mampu menghasilkan nilai ekonomis.
“Awalnya prihatin karena banyak pemuda yang ke luar kota dan banyak pengangguran, akhirnya saya bikin usaha ini. Alhamdulillah anggapan masyarakat bahwa itu (batok kelapa) adalah sampah, tapi saya buktikan bisa memiliki nilai ekonomis,” tandasnya.
Berbekal keuletan dan ketekunan, usaha arang batok kelapa miliknya dapat menjadi motivasi bagi pemuda lainnya, untuk dapat bekerja dari desa dengan pendapatan seperti di kota. (yus)