MAJALENGKA – Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bantarujeg, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka sebagai salahsatu sekolah terkemuda di wilayah Majalengka selatan, dari waktu ke waktu terus melakukan upaya dan inovasi program untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salahsatu program yang ditujukan untuk mewujudkan visi sekolah yakni “Mewujudkan Peserta Didik Yang Religious, Berprestasi dan Berjiwa Wirausaha” yakni dengan meluncurkan program PETUAH.
Kepala SMAN 1 Bantarujeg, H. Toto Warsito, M.Ag menjelaskan, PETUAH adalah kepanjangan dari Pesantren untuk meningkatkan ketakwaan dan akhlakuk karimah. Program tersebut diluncurkan untuk mewujudkan visi sekolah religi yang merupakan visi SMAN 1 Bantarujeg dan sudah dilaksanakan sejak awal bulan September 2022 yang pelaksanannya setiap hari Jumat malam Sabtu dengan jadwal bergantian.
“Program PETUAH yang kami luncurkan sejak awal September 2022 merupakan program pesantren untuk seluruh siswa dan sifatnya wajib untuk diikuti. Pesantren ini dilaksanakan setiap hari Jumat malam Sabtu dengan peserta para siswa kelas 10, 11 dan 12 secara bergantian dengan pembimbing 5 orang guru setiap minggunya yang terdiri dari guru PAI, wali kelas, guru olahraga,” jelas Toto Warsito kepada awak media, Rabu (28/9.2022).
Dijelaskan Toto, melalui kegiatan PETUAH tersebut para siswa diberikan pendidikan tambahan berupa pendidikan agama seperti pengenalan Kitab Kuning, Akidah Akhlak, Fiqih, bimbingan baca Alquran bagi yang belum lancar, dan bimbingan ibadah shalat wajib dan shalat-shalat sunnah seperti Tahajud, Duha dan ibadah lainnya. Dengan program pesantren tersebut maka setiap siswa diharapkan memiliki bekal ilmu agama yang baik sehingga saat lulus sekolah dapat diimplementasikan di masyarakat.
Lanjut Toto, melalui kegiatan pesantren tersebut juga diharapkan para siswa bisa dan mampu menjadi generasi muda yang siap secara mental untuk berbicara di depan publik seperti jadi khotib shalat jumat dan pembicara dalam setiap acara yang ada di masyarakat.
“Selama ini kan imej yang berkembang di masyarakat bahwa lulusan SMA tidak sama dengan lulusan sekolah Agama seprti Aliyah yang saat lulus mereka bisa ceramah, bisa bicara di depan publik dan keberanian tamil di depan. Karena itu melalui program pesantren ini diharapkan bisa juga memiliki kemampuan menjadi penceramah atau khotib dan kemampuan lainnya sehingga wujud sekolah religi bisa terwujud,” tandasnya. (eko)