CIREBON, fajarsatu.com – Desa Gintung Kidul, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon terus melestarikan adat atau budaya masyarakat terdahulu, yakni tradisi Mapag Sri dalam menyambut datangnya musim panen tiba. Selain itu, tradisi tersebut juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME dari hasil panen yang didapat.
Adat Mapag Sri Desa Gintung Kidul sudah rutin dilakukan setiap tahun. Desa Gintung Kidul memiliki luas pertanian 126 hektare dengan dua kali panen padi setiap tahunnya, dan satu kali tanam palawija berupa kacang hijau.
Kuwu Desa Gintung Kidul, Kadmina mengatakan, kegiatan adat desa Mapag Sri rutin dilakukan setiap tahun, dan ini sudah menjadi tradisi adat masyarakat jelang musim panen tiba.
“Alhamdulillah semua masyarakat antusias dan mendukung acara adat desa ini, karena acara adat sudah rutin dilakukan setiap tahun, kita juga adakan pagelaran wayang kulit siang dan malam bertempat di balai desa,” papar Kuwu Kadmina kepada media usai, kegiatan, Jumat (17/3/2023).
Acara Mapag Sri Desa Gintung Kidul diawali dari balai desa. Kuwu dan perangkat desa tokoh adat, bhabinkamtibmas, babinsa serta dari UPT Pertanian berjalan menuju area sawah yang akan dipanen.
Rombongan berjalan menuju area sawah dengan diiringi musik tradisional, seperti genjring dan bedug yang terus di tabuh hingga menuju area sawah yang akan dipanen.
Setelah sampai di area sawah yang akan dipanen, kuwu atau lurah melakukan pemotongan padi beberapa ikat untuk disimpan di balai desa, serta pertanda dimulainya musim panen tiba.
Lanjut Kadmina, adat Mapag Sri sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, sehingga desa-desa terus melestarikannya. Adat Mapag Sri dilakukan setiap tahun jelang musim panen tiba.
Mapag Sri dalam bahasa Indonesia Mapag yang artinya menjemput sedangkan Sri representasi dari Dewi Sri simbol tanaman padi.
“Jadi dapat diartikan Mapag Sri adalah menjemput padi atau menyambut datangnya masa panen tiba,” pungkas Kuwu Kadmina. (de)