CIREBON, fajarsatu.com – Desa Gintung Ranjeng, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon terus melestarikan adat atau budaya masyarakat terdahulu, yakni Mapag Sri dalam menyambut datangnya musim panen tiba juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berbagai kegiatan dilakukan jelang adat Mapag Sri, seperti adanya pengajian yang langsung diisi seorang penceramah. Kemudian puncaknya melakukan karnaval diikuti para petani dan masyarakat.
Karnaval (arak-arakan) disuguhkan hiburan seperti drumband, replika hewan yang dibuat masyarakat kemudian diarak, begitu juga ada hasil Bumi yang dibentuk menyerupai gunung yang diarak.
Tak lupa Pemdes Gintung Ranjeng bersama perangkat desanya langsung dipimipin kuwu seorang perempuan yakni Hj. Nani Maryani ikut mengiringi karnaval dari balai desa berjalan menuju area sawah yang akan dilakukan panen perdana.
Para perangkat desa dengan memakai pakaian serba hitam berbaris di depan kemudian dibelakang diikuti para petani dan masyarakat dengan membawa hasil bumi berjalan menuju area sawah.
Kuwu Desa Gintung Ranjeng, Hj. Nani Maryani mengatakan adat Mapag Sri merupakan adat leluhur yang harus dilestarikan dalam menyambut datangnya masa panen.
“Adat Mapag Sri selain adat masyarakat terdahulu yang harus dilestarikan juga sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah dengan hasil bumi yang didapatkan,” Katanya kepada media di sela-sela kegiatan Mapag Sri, Selasa (14/3/2023).
Lanjut Nani, adat Mapag Sri sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat, sehingga desa-desa terus melestarikannya. Adat Mapag Sri dilakukan setiap tahun jelang musim panen tiba.
Mapag Sri dalam bahasa Indonesia Mapag yang artinya menjemput sedangkan Sri representasi dari Dewi Sri simbol tanaman padi. Jadi dapat di artikan Mapag Sri adalah menjemput padi atau menyambut datangnya masa panen tiba. (de)