CIREBON, fajarsatu.com – Keraton Kesepuhan menyelenggarakan tradisi jamasan, yaitu pencucian benda-benda pusakan peninggalan zaman dulu yang digelar lingkungan Keraton Kesepuhan, Kota Cirebon, Sabtu, (21/7/2023).
Menurut Direktur Badan Pengelola Keraton kasepuhan (BPKk), Ratu Raja AlexandraRatu Wuryaningrat, tradisi ini di mulai dengan do’a, membuka fitrin yang mau di jamas, di foto dan kemudian dibawa ke tempat pencucian.
Lanjutnya, benda-benda pusaka tersebut direndam dengan air kelapa. Kalau ada karat, dibersihkan dengan jeruk nipis. Kemudian dicuci dengan air kembang (air kemandungan), setelah itu baru dijemur. Setelah kering baru dioles minyak cendana, melati, mawar, misik dan minyak singer. Kemudian dipanaskan di tungku lalu disimpan di tempat semula.
“Tradisi jamasan ini dilakukan satu ahun sekali di bulan suro. Sebelumnya di lakukan serangkaian acara do’a tahun baru islam. Biasanya ada wayangan dulu, hanya karena malam jumat, maka di alihkan ke malam minggu,”ujar Ratu Raja Alexandra
Proses jamasan ini, tambahnya, diperkirakan selama 10 hari dan di hari ke lima memandikan kereta singa barong. Tradisi ini turun temurun dan harus terus berjalan. Karena ini salah satu cara pemeliharaan benda-benda pusaka di keratun kasepuhan.
“Benda-benda pusaka ini berjumlah ratusan, ada yang berusia lebih dari 4 abad. Tradisi jamasan ini di hadiri oleh perangkat keraton dan tamu undangan, bahkan hadir pula perwakilan dari kediri dan luar kota.,” jelasnya.
Sementara, Pangeran Patih Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon, PR. Goemelar Soeriadiningrat, mengatakan, tradisi ini dilakukan sejak zaman dulu. Ini adalah budaya warisan leluhur, filosofinya bukan hanya membersihkan secara harfiah, tapi secara lahiriah juga. Jamasan ini menyambut tahun baru muharam. Agar di tahun ini diberikan kesehatan, dijauhkan dari marabaya. Besok malam akan dilakukan santunan anak yatim dan dilakukan dengan wayangan.”
“Budaya adalah cikal bakal suatu daerah, yg perlu kita ketahui. kalau kita tidak mengenal budaya, maka kita tidak mengenal siapa kita. Tradisi ini memang kita mengedukasi kepada masyaratkat umum bahwa peninggalan leluhur ini perlu di jaga dan dirawat,”kata PR. Goemelar.. (nana)