KUNINGAN, fajarsatu – Penasaran seperti apa lokasi yang akan diperuntukan untuk makam sesepuh Masyarakat Adat Karuhun (Akur) Sunda Wiwitan, fajarsatu.com menyusuri jalan setapak menuju lokasi yang kenal masyarakat setempat dengan nama Batu Satangtung.
Ternyata, proyek makam ini berada di tengah hutan yang lokasinya sangat sulit dijangkau. Untuk menuju proyek makam tersebut, harus melewati jalanan terjal, setapak, menanjak dan dipenuhi semak belukar. Jarak tempuh dari jalan raya ke lokasi sekitar 3 km.
Proyek makam tersebut berada di kawasan Cisantana, Kabupaten Kuningan atau di area Curug Cigoong yang tak jauh dari tempat ziarah Goa Maria. Bangunannya menyerupai monumen, terbuat dari batu dan di dalamnya berisi dua makam.
Penelusuran fajarsatu.com, Selasa (21/7/2020), untuk menuju proyek makam tersebut tidaklah mudah. Kita harus menyusuri jalan terjal, masuk ke dalam hutan, melewati kandang sapi, kemudian melintasi jalan setapak yang menanjak ke puncak bukit.
Setelah sampai, barulah terlihat bangunan seperti tugu, terbuat dari batu yang di dalamnya terdapat dua ruangan untuk menyimpan jenazah.
Di bangunan seperti tugu itu, tampak lilitan segel bertuliskan Satpol PP Kabupaten Kuningan. Di atas tugu itu, juga terdapat poster yang bertuliskan “Bangunan ini disegel”.
Sementara di sekitar proyek makam yang belum kelar itu, terlihat sejumlah orang, dengan tenda darurat, untuk beristirahat. Diduga, orang-orang tersebut merupakan pekerja proyek makam tersebut.
“Iya, ini untuk pembangunan makam. Tapi proyek sekarang dihentikan,” ujar salah satu pekerja yang namanya enggan dipublish, di lokasi.
Makam tersebut dibangun untuk tempat peristirahatan terakhir sesepuh masyarakat adat Sunda Wiwitan, Pangeran Jati Kusuma, yang saat ini usianya sudah lebih dari 80 tahun.
“Kami mempersiapkan makam itu untuk Pangeran Jati Kusuma, sesepuh kami. Wajar kalau kami mempersiapkan makam itu, mengingat saat ini usia beliau sudah tua dan sering sakit-sakitan. Tak ada maksud lain, cuma makam,” ujar Girang Pangaping Masyarakat Adat Karuhun Sunda Wiwitan, Okki Satria Djati, saat ditemui fajarsatu.com, di kediamannya, Selasa (21/7/2020).
Dikatakan dia, tak ada unsur lain yang dibangun di lahan miliknya itu. “Jadi jika ada anggapan kami akan membangun tempat pemujaan atau yang berkaitan dengan praktik musryik, itu salah besar,” kata Okki.
Pangeran Jati Kusuma, kata Okki, merupakan generasi ketiga dari sesepuh Akur Sunda Wiwitan, setelah Pangeran Tejabuana dan Madrais (yang pertama). (moh)