Oleh: Gracia Rolas Sinambela
KITA pasti sudah tidak asing dengan istilah biodiversitas atau keanekaragaman hayati, apalagi Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat biodiversitas yang sangat tinggi.
Manfaat dan keterkaitan biodiversitas terhadap kehidupan sangat luas dan menyentuh berbagai aspek kehidupan. Pertama, pada aspek sosial, biodiversitas berperan sebagai sarana rekreasi dan pariwisata serta nilai-nilai budaya.
Kedua, pada aspek ekonomi, biodiversitas bermanfaat sebagai sumber makanan maupun bahan mentah yang nantinya akan didistribusikan dalam kegiatan jual beli untuk dijadikan sumber pendapatan masyarakat.
Ketiga, terhadap bidang ilmu pengetahuan biodiversitas berperan sebagai sumber penelitian, pendidikan, dan pemantauan. Keempat, biodiversitas juga mempengaruhi lingkungan baik pada ekosistem hutan maupun laut.
Pada ekosistem laut, biodiversitas mahluk hidup akan menjaga keseimbangan rantai makanan yang nantinya akan berpengaruh pada kegiatan penangkapan ikan, objek wisata terumbu karang dan keseimbangan ekosistem laut. Pada ekosistem hutan, biodiversitas menjamin ketersediaan oksigen yang cukup, pencegahan banjir, dan ketersediaan bahan mentah untuk kebutuhan hidup manusia.
Kabupaten Cirebon sendiri memiliki 155 jenis flora, 16 diantaranya termasuk jenis langka dan dilindungi. Selain itu, terdapat 6 jenis fauna yang dilindungi. Salah satu jenis fauna yang khas dari Kabupaten Cirebon adalah Kura-kura Belawa yang memiliki nama ilmiah Amyda cartilaginea Boddaert.
Kura-kura Belawa ini dapat ditemukan di objek wisata Cikuya, Desa Belawa, Kecamatan Lemah Abang. Ciri khas dari kura-kura belawa ciri khas yaitu bentuk punggung yang cekung pada kura-kura dewasa.
Kura-kura Belawa ini termasuk hewan yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Bupati No. 522.51 Tahun 1993 Tentang Flora dan Fauna Khas Cirebon dan Peraturan Daerah No. 13 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang didalamnya menetapkan Desa Belawa sebagai suaka marga satwa, selain itu pada IUCN satwa ini termasuk dalam golongan rentan (Vulnarable).
Spesies yang dikategorikan rentan ialah spesies yang sedang menghadapi resiko kepunahan di alam liar di masa depan. Kura-kura belawa ini diyakini oleh masyarakat sudah ada sejak zaman dahulu dan berkaitan erat dengan cerita mistis, sehingga masyarakat enggan mengonsumsi dan memperjualbelikan baik kura-kura belawa maupun telur kura-kura belawa.
Kura-kura Belawa/ labi-labi termasuk jenis kura-kura air tawar yang menyebar luas di Asia Tenggara. Kura-kura Belawa memiliki tubuh oval/ agak bulat tanpa sisik. Kepala kura-kura belawa berbentuk bulat dengan mata kecil, hidung terletak diujung, dan kepala tidak dapat dimasukkan kedalam tempurung.
Leher kura-kura belawa dapat menjangkau setengah dari karapasnya. Kura-kura belawa memiliki jari-jari kaki yang berselaput dengan 3 cakar. Cakar-cakarnya kuat dan berkuku runcing terutama di kaki depan.
Pada bagian karapas/ tempurung bagian perut dan punggung terbungkus oleh kulit keras sedangkan pada bagian belakang karapas memiliki tekstur seperti tulang rawan. Habitat hidup kura-kura belawa ialah perairan yang tenang, keruh, dan memiliki dasar yang berlumpur.
Sedangkan apabila akan bertelur, kura-kura belawa akan bertelur di bawah pohon-pohon besar dan tidak berbatu. Kura-kura belawa menghabiskan banyak waktu di dalam air dan naik ke permukaan hanya pada saat musim bertelur dan mencari makanan. Kura-kura belawa termasuk hewan karnivora.
Pada 2008, objek wisata ini telah dijadikan kawasan objek wisata konservasi dan edukasi kura-kura belawa. Dinas Kelautan dan Perikanan Kaupaten Cirebon dan Penggerak Pariwisata binaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cirebon memberikan pembinaan secara langsung bagi kelompok masyarakat yang mengelola objek wisata ini.
Di objek wisata ini, kura-kura belawa dirawat dengan hati-hati. Di objek wisata cikuya ini, pada tahun 2019 terdapat sekitar 1.000 ekor kura-kura belawa. Jumlah kura-kura belawa semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2010, sempat terjadi kematian massal kura-kura belawa yang disebabkan oleh virus hingga hanya tersisa 13 ekor. Namun, pengurus wisata cikuya terus berusaha untuk membudidayakan 13 kura-kura belawa, sehingga jumlah kura-kura belawa setiap tahunnya terus meningkat.
Oleh karena itu, objek wisata Cikuya yang pada masa itu sudah diisi oleh berbagai jenis hewan lainnya selain kura-kura belawa untuk menarik wisatawan memutuskan untuk hanya membudidayakan kura-kura belawa saja karena ada dugaan virus tersebut berasal dari hewan lain.
Pengurus objek wisata kura-kura belawa ini berharap pemerintah lebih memperhatikan objek wisata tersebut karena objek wisata ini merupakan habitat asli kura-kura belawa dan berpotensi untuk menjadi objek wisata unggulan Cirebon. Selain pemerintah, masyarakat juga harus berperan aktif dalam menjaga objek wisata ini. (*)
Penulis adalah pemerhati lingkungan, tinggal di Cirebon