BANDUNG, fajarsatu.- Pesan tersirat tertuang dalam film “Bersama untuk Satu”, karya peserta asal Jawa Barat, Danar Hadi Khoerul Hakim dan Bagus Tidar Muchamad Al Afi dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Tingkat Nasional 2019 di Bandar Lampung.
Film ini mengangkat kisah permasalahan siswa SMA dalam menggapai kemenangan, namun dalam konsep filosofi. Sehingga, pesan yang diambil berdasarkan persepsi penonton.
Berawal dari keresahan Danar Hadi Khoerul Hakim dan Bagus Tidar Muchamad Al Afi mengenai konflik yang kerap terjadi di lingkungan sekolah, akhirnya mereka mencoba menuangkannya dalam bentuk film.
“Oleh karena itu, kami menghadirkan pemeran dengan berbagai karakter dalam film. Seperti, sosok yang ambisius tapi egois, pendiam namun kreatif, dan bermacam karakter lainnya,” ujar siswa SMAN 1 Ciparay, Kabupaten Bandung ini saat diwawancarai, Jumat (20/09/2019).
Danar mengungkapkan, film ini dibuat dengan alur cerita menarik. Bagaimana seseorang bisa menyatukan berbagai pemikiran dalam sebuah kelompok hingga berhasil meraih kemenangan.
Film ini mengisahkan tentang seorang siswa yang ingin meraih kemenangan, namun ia ingin menggapainya bersama kawan-kawannya.
Tetapi di tengah perjalanan, ia mendapati bermacam karakter pada teman-temannya yang bisa saja menjadi bumerang baginya.
“Film kita ini lebih filosofis, tidak terlalu menampakkan arti atau maksud film secara gamblang atau blak-blakan. Penonton lah yang bisa menangkap maksud film ini melalui alur cerita yang disajikan,” tambah Danar.
Sebenarnya, menurut Danar, kesulitan bukan dalam proses penggarapan film atau mencari pemeran, melainkan bagaimana membungkus kisah tentang kebersamaan ini agar lebih menarik di mata penonton.
“Saat casting pemeran, seluruh pemain berasal dari teman dan guru sendiri sehingga memudahkan proses syuting. Tantangannya lebih pada ide, namun akhirnya bisa kita pecahkan,” ungkap Bagus dan Danar.
Danar mengaku mencari ide film ini tidak terlalu sulit. “Kami mengambil tema film ini berdasarkan keresahan yang terjadi di masyarakat. Namun, mengemas kebersamaannya ini lah yang menjadi daya tarik sehingga membuat kami harus berpikir keras,” tuturnya.
Danar dan Bagus sudah berusaha maksimal dalam menggarap karya mereka ini. Kini, mereka tengah menunggu hasilnya. Ide, penggarapan, dan presentasi sudah mereka lakukan di depan juri.
“Penjurian sudah selesai. Kami telah mempresentasikan teknis, maksud film, dan format film. Sekarang tinggal menunggu keputusan dewan juri saja,” ujar siswa yang belajar menggarap film secara otodidak ini.
Mereka berharap, film ini bisa memberikan manfaat dan memotivasi kawan-kawannya untuk menggapai cita-cita bersama-sama. (FS-6)