ARJAWINANGUN, fajarsatu – Pertemuan para pedagang Pasar Jungjang yang tergabung dalam Himpunan Pedagang Pasar (Himppas) Desa Jungjang, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon dengan pengelola revitalisasi Pasar Jungjang tak menemui hasil alias buntu.
Pertemuan yang berlangsung di Balai Desa Jungjang yang dihadiri Kuwu Desa Jungjang, Sutrisno berlangsung alot yang mengkibatkan Kuwu Jungjang walk out meninggalkan ruangan hingga pertemuan pun dibubarkan.
Pasar Jungjang akan direvitalisasi dengan melibatkan pengembang. Dari pantauan fajarsatu.com, saat ini pembangunan pasar darurat sedang berlangsung, namun seiring pembangunan pasar sejumlah pedagang terus melakukan protes karena harga kios yang ditawarkan pengembang terlalu tinggi sehingga memberatkan pedagang.
Para pedagang menyebut, harga kios ukuran 3 x 4 meter pedagang harus membayar Rp 290 juta. Dengan harga selangit itu, para pedagang sangat menyayangkan karena harga kios yang begitu mahal.
Pera pedagang mengaku, harga yang ditawarkan pengembang tersebut hingga saat ini belum tidak pernah didiskusikan dengan pula para pedagang.
Mereka meminta pihak pemdes dan pengembang untuk bisa duduk bersama untuk bermusyawarah masalah harga kios yang sangat memberatkan.
Salah seorang tokoh masyarakat Jungjang, Mashuri mengatakan, selama ini permasalahan terkait harga kios, pedagang tak pernah diajak diskusi hingga pedagang sangat kecewa.
“Sampai sekarang belum ada kesepakatan terkait harga, bahkan kuwu belum bisa menjelaskan terkait harga yang sangat memberatkan para pedagang. Padahal kami hanya ingin duduk bersama untuk membahas permasalahan harga,” kata Mashuri usai pertemuan, Sabtu (24/7/2021).
Lanjutnya, pertemuan sudah sering dilakukan namun selama ini tidak pernah membuahkan hasil, bahkan rapat barusan yang dihadiri Kuwu bersama tim evalusi tetap tidak membuahkan hasil.
“Kami sudah sering melakukan pertemuan namun tak pernah ada hasil. Tim evaluasi yang harusnya bisa mengevaluasi kondisi di lapangan yakni keinginan para pedagang, tetapi hanya bisa diam tidak bisa berbuat apa-apa,” tandasnya.
Dikatakan Mashuri, harusnya kalau sampai sekarang belum ada kesepakatan harga, pembangunan Pasar darurat harusnya dihentikan dahulu, tetapi sampai sekarang pembangunan pasar darurat terus berlangsung.
“Saat ini pembangunan pasar darurat terus berlangsung tanpa menggubris keinginan para pedagang, yang ingin membahas masalah harga,” pungkas Mashuri. (dan)