SUMBER, fajarsatu.- Masyarakat berdesakan untuk menyaksikan pengeluaran benda pusaka Gruda peninggalan leluhur yang berada di Gegesik Lor, dan terus dilestarikan sampai saat ini. Pengeluaran benda pusaka langsung dibuka Sultan Kacirebon, Pangeran Abdul Ghani, Selasa (12/11).
Acara prosesi pengeluaran benda pusaka Gruda di Gegesik Lor penuh dengan aura mistik. Sebelumnya benda pusaka Gruda berupa kayu yang berbentuk naga dikeluarkan dari tempatnya untuk dilakukan ritual pencucian.
Setelah itu, dibentuk dan dirangkai hingga berbentuk naga dikeluarkandan dan disimpan di depan balai desa sampai menjelang pelal muludan Gegesik untuk diarak keliling.
Dalam prosesi pengeluaran pusaka Gruda langsung dibuka oleh Sultan Kacirebonan, Pangeran Abdul Ghani Natadiningrat, yang sebelumnya disambut dengan Tarian Topeng Rampak Kelana.
“Buyut Gruda orang Gegesik menamakannya dan hanya setahun sekali keluar dari tempatnya hanya saat kegiatan muludan saja. Ini merupakan warisan leluhur yang harus terus dilestarikan,” kata Kuwu Desa Gegesik Lor, Suradi, Selasa (12/11/2019).
Menurtnya, sebelum keluar dari tempatnya berupa peti, Buyut Gruda harus dilakukan ritual pencucian terlebih dulu yang diikuti pusaka-pusaka lainnya dengan berbagai sajian berupa kembang dan lainnya, kemudian diteruskan tahlil yang diikuti kuwu dan perangkat desanya.
Setelah itu, dilakukan pencucian Buyut Gruda yang terbuat dari kayu dan masih dalam rangkaian terpisah-pisah, kemudian dilakukan pemasangan bentuk hingga menyerupai naga, dan yang membentuknyapun harus orang tertentu.
“Pembentukan Buyut Gruda dilakukan orang Gegesik Lor dan orang tertentu tidak sembarang orang, untuk dikeluarkan dari tempatnya jam dan harinyapun harus ditentukan dan biasanya tiga hari sebelum puncak muludan di Gegesik,” ujar Suradi.
Ia berharap, dengan dibukanya benda Pusaka Gruda yang dibuka langsung oleh Sultan Kacirebonan, Abdul Ghani bisa membawa berkah masyarakat Gegesik.
“Ini benda pusaka dari leluhur kita yang harus di lestarikan dan dihormati, karya leluhur kita harus dijaga dan dilestarikan. Tetapi tetap Pusaka Gruda jangan dijadikan pesembahan karena semuanya segala sesuatu harus meminta kepada Allah SWT,” kata Suradi.
Gegesik sudah ditunjuk Kampung Seni oleh Pemerintah Daerah Cirebon sehingga harus menjaga karya leluhur untuk bisa mengangkat nama kampung seni, sehingga bisa membawa para wisatawan untuk datang ke Gegesik.
“Dengan datangnya para wisatawan ke Gegesik secara otomatis akan membawa berah bagi masyarakat Gegesik, perekonomian akan meningkat kalau Kampung seni Gegesik banyak dikunjungi wisatawan,” ungkapnya. (FS-4)