Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Aku, Dia & Cinta”
PADA Senin 13 November 2023 lalu saya mendapat undangan seorang dosen sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Cirebon, Jawa Barat untuk bertemu di sebuah tempat di Jalan Evaluasi, Kota Cirebon. Sebut saja nama sapaannya Mas Izul. Mas Izul ditemani oleh dua orang dosen lainnya dari kampus yang sama. Saat itu saya diundang untuk membincang perihal rencana “rahasia” mereka dan anak-anak seorang tokoh di Kota Cirebon untuk menghadiahi buku untuk sang tokoh pada momentum ulang tahun pada Juli 2024 nanti.
Untuk rencana ini saya diminta untuk menulis naskah buku sekaligus menerbitkannya. Menurut rencana, buku ini menjadi kado spesial dari anak-anak dan kolega sang tokoh pada momentum sepesial tahun depan. Dari rumah menuju lokasi pertemuan tergolong dekat, hanya ditempuh sekitar 10 menit. Sampai di lokasi saya langsung disapa oleh Mas Izul dan dua dosen lainnya. Selam sekira 2 jam kami membincang perihal yang saya sebutkan di atas. Setelah ada kesepakatan ini itu, akhirnya kami masing-masing meneruskan aktivitas pribadi. Bila Mas Izul dan dua temannya kembali ke kampus, maka saya langsung membaca naskah buku di laptop, setelah itu kembali ke rumah.
Kunjungan pertama kali ke lokasi ini cukup berkesan. Selain tata letak meja, kursi dan bunga, suasananya juga tergolong “kampung” sekali. Meja dan kursi terlihat sederhana terbuat dari rotan dan sebagian lagi dari kayu. Walau sangat dekat dengan jalan raya, namun suasananya cukup sepi. Lampu yang cukup gemerlap membuat suasana semakin syahdu. Suasananya bersih sehingga nyaman untuk dijadikan sebagai tempat pertemuan dengan jumlah orang yang tak terlalu banyak. Ya mungkin pertemuan untuk 1-50 orang saja. Walau baru bersentuhan pertama kali, ada tiga artikel yang saya tuntaskan pada kunjungan kali ini. Termasuk edit satu naskah buku yang segera terbit.
Saya memang termasuk yang penasaran dengan tempat ini. Pada Selasa 14 November 2023 saya pun kembali berkunjung untuk menikmati makanan dan minuman suguhannya. Saya ingin tahu seperti apa makanan dan minuman di tempat ini. Wah dugaan saya benar, ternyata makanan dan minumannya enak tentu saja murah meriah. Di sela-sela menikmati makan dan minum, saya manfaatkan untuk mengedit naskah buku baru yang berjudul “Kapita Selekta Pendidikan”. Buku ini merupakan antologi artikel sekira 50 penulis di seluruh Indonesia yang saya kumpulkan melalui audisi menulis dalam rangka “Hari Guru 25 November 2023” pada awal November 2023 lalu.
Pada kunjungan pertama dan kedua saya masih saja penasaran sama tempat ini. Bukan saja penasaran dengan manajemennya tapi juga pemilik tempat ini. Akhirnya, pada hari ini Jumat 17 November 2023, setelah shalat Jumat, saya langsung menuju lokasi ini. Kali ini saya ditemani oleh Mas Verry Wahyudi, seorang penulis di Kota Cirebon. Di sini kami membincang banyak hal terutama seputar literasi dan hal-hal positif lainnya. Pada kesempatan ini saya juga menuntaskan satu artikel berjudul “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta” sebagai apresiasi atas milad Muhammadiyah yang pada Sabtu 18 November 2023 genap berusia 111 tahun.
Di sela-sela perbincangan dengan Mas Verry dan saya menuntaskan artikel tersebut, tak disangka datanglah seorang ibu. Ia menyapa kami dengan ramah dan penuh antusias. Ternyata benar seperti yang saya duga bahwa inilah owner tempat ini. Ibu Irma Anggraeni begitu nama lengkapnya, saya menyapanya dengan Bu Irma, sesuai dengan informasi yang saya dapatkan dari seorang senior beberapa hari sebelumnya di lokasi yang sama. Bu Irma pun mengenalkan diri sembari berupaya untuk mengenal saya.
Saya pun memperkenalkan diri. “Maaf Bu, saya Syamsudin Kadir, asli Labuan Bajo, NTT. Tapi saya sudah lama di Jawa Barat, lebih 20 tahun. Dulu di Bandung, sekarang di Cirebon. Saya mengenal nama Ibu Irma dari Kang Asep Juhana. Tapi untuk Rumah Belajar sudah saya kenal sejak 2010 silam. Untuk kafe ini baru saya kenal beberapa hari lalu”, ungkap saya mengawali perbincangan. Saya langsung mengenal diri agar terlihat percaya diri, padahal saya benar-benar kaget karena langsung disapa oleh pengusaha sekaligus tokoh inspiratif Kota Cirebon ini.
Ibu Irma pun menceritakan secara singkat perihal Rumah Belajar dan Maffed Coworking Space & Cafe yang akrab disebut banyak kalangan dengan Maffed Cafe. Seperti yang diceritakan Bu Irma bahwa Rumah Belajar merupakan lembaga edukasi untuk baca, tulis dan berhitung atau calistung serta layanan pembelajaran bahasa Inggris. Saat ini melayani TK, SD, SMP dan SMA. Bila Rumah Belajar sudah berdiri sejak 2006 silam, maka Maffed Kafe berdiri pada 16 November 2021 lalu. “Kami memulai usaha ini tanpa pengalaman. Saya seorang santri, alumni sebuah pondok di Jawa Tengah. Awalnya tidak seperti ini, tapi akhirnya menjadi begini. Alhamdulillah”, ungkapnya.
Rasa penasaran saya pada Rumah Belajar dan Maffed Kafe pun mulai terjawab. Ibu Irma rupanya bukan saja sosok yang menekuni usaha atau bisnis kafe tapi juga usaha berbasis edukasi. Bersama suami dengan dukungan karyawannya Bu Irma mampu menghadirkan sebuah konsep yang jenial: usaha dan edukasi dalam satu lokasi yang sama.
Bila Rumah Belajar fokus menjalankan peran sebagai lembaga pendidikan, maka Maffed Kafe fokus menjalankan peran sebagai lembaga usaha. Kita bisa menerawang suasana tempat ini. Setiap orangtua dan siswa yang mengikuti kegiatan di Rumah Belajar bakal menikmati apa yang disuguhkan di Maffed Kafe. Ini baru hebat!
Pada momentum ini saya bercerita seputar penulisan dan penerbitan buku selama beberapa tahun belakangan ini. Ternyata Bu Irma juga suka menulis dan membaca. “Saya juga suka dunia literasi,” ungkapnya.
“Insyaa Allah nanti saya dan teman-teman bakal mengadakan acara literasi di tempat ini ya Bu. Selain tempatnya nyaman, makanan serta minumannya enak dan murah. Insyaa Allah kita bisa berkolaborasi ya Bu,” ungkap saya. “Boleh Pak, senang sekali. Ya tempatnya begini. Di sini juga sering dipakai oleh dosen dan mahasiswa di sekitar sini. Alhamdulillah ada saja yang berkunjung untuk setiap harinya di sini,” jelasnya singkat.
Setelah berbincang dengan Bu Irma dan azan magrib tiba, saya pun meminta izin untuk pulang. Sesaat kemudian saya menuju ke kasir untuk membayar makanan dan minuman yang saya cicipi kali ini. Rupanya Bu Irma memberi kejutan kali ini. Makanan dan minuman yang saya nikmati, termasuk yang dinikmati Mas Verry Wahyudi, ternyata gratisan.
“Mengapa gratisan Bu?,” tanya saya singkat. “Kebetulan kemarin adalah syukuran kafe ini Pak. Kemarin kita makan-makan, ya tak mengapa hari ini Bapak dapat gratisan juga,” jawab Bu Irma singkat. Alhamdulillah rezeki memang tidak tertukar dan tidak bakal bertamasya ke mana-mana.
Saya memang tergolong gila. Mengapa? Sebab setiap kali bertemu dengan orang saya selalu berupaya untuk menulis kembali apa yang diperbincangkan saat bertemu. Walau tidak semua hal, namun minimal saya menulis hal-hal yang saya ingat. Bertemu dengan Bu Irma adalah anugerah.
Karena sosok ini merupakan salah satu tokoh inspiratif dari 100 tokoh di Kota Cirebon untuk buku baru yang sedang saya garap. Pada awalnya saya kebingungan untuk bertemu dengan sosoknya, eh ternyata Allah langsung mempertemukan saya dengannya dengan cara terbaik sekaligus takdir terbaik dari-Nya.
Saya layak menyampaikan terima kasih banyak kepada Bu Irma yang telah berkenan berbincang dengan saya, terutama perihal penulisan buku dan sebagainya. Secara jujur perlu saya sampaikan untuk Bu Irma, “Bila Bu Irma ingin menulis buku yang berisi tentang perjalanan Rumah Belajar dan Maffed Kafe dari awal hingga saat ini, insyaa Allah saya siap Bu. Siap menulis naskah dan menerbitkannya menjadi buku. Semoga Ibu berkenan!”
Akhirnya, terima kasih banyak saya sampaikan kepada Bu Irma atas silaturahim dan inspirasinya kali ini. Semoga usahanya berkah dan lancar, serta ke depan kita bisa berkolaborasi terutama untuk penulisan buku baru. Bagaimana Bu? (*)