SUMBER, fajarsatu.- Nama Katura di kalangan pehobi dan pemerhati batik di Cirebon, tentu sudah sangat familiar. Apalagi saat memasuki usianya yang mulai senja, selain tetap konsisten sebagai desainer dan pengusaha batik, pria asal Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon ini tak sungkan-sungkan berbagi ilmu membatik untuk siapa saja.
“Layaknya guru saja, tapi kalau saya ngajarnya cukup di sanggar batik, kecuali ada undangan ke luar ya saya datang ke sana,” tutur pria peraih Upakarti pada tahun 2005 tersebut saat ditemui di Sanggar Batik Katura, Sabtu (7/12/2019).
Menurut Katura, berbagi keterampilan membatik memerlukan kesabaran, seperti halnya ketika membikin desain maupun saat membatik.
Hampir setiap bulannya ada saja yang belajar membatik di sanggarnya, mulai anak sekolah, mahasiswa hingga turis mancanegara. Entah karena kemiripan nama Katura yang mirip nama orang Jepang atau karena mereka sangat cocok dengan batik-batik klasik karya Katura, suatu komunitas orang Jepang yang ada di Indonesia menjadi pelanggan kursus membatik setiap tahun di sanggar batik tersebut.
“Komunitas orang Jepang itu biasa berkunjung dan belajar membatik di sini Setiap tahun,” ungkap kakek dari enam orang cucu itu.
Katura mengaku ingin terus berbagi ilmu membatik dan memberikan wawasan terkait batik Trusmi, selagi masih diberikan kesehatan dan panjang umur.
“Insya Allah saya tak pernah merasa jemu untuk mengajar membatik dan wawasan terkait batik selama masih diberikan kesehatan,” kata lelaki yang kini menginjak usia 65 tahun itu.
Dari kalangan siswa dan mahasiswa yang berminat belajar membatik dan perlu wawasan terkait karya seni tersebut, Katura menjadi pilihan mereka untuk bertanya. Tak heran jika pada akhir 2016 lalu ada 180 mahasiswa dari Universitas Sahid Jakarta yang belajar kepadanya. Pada Maret 2017 pun sebanyak 250 pelajar SMP juga belajar batik pada Katura. (FS-2)