CIREBON, fajarsatu.- Gas elpiji 3 kg di Kota dan Kabupaten Cirebon mulai sulit dicari. Setidaknya hal ini dikeluh Erwin, warga Kesambi Kota Cirebon. Ia mengungkapkan, selama dua hari lalu saat intesitas hujan tinggi, dirinya sempat kebingungan saat gas elpiji 3 kg habis di rumahnya.
“Karena kondisi hujan saya terpaksa tidak membeli gas elpiji 3 kg. Namun pada keesokan harinya saat mau membeli gas ternyata sangat sulit didapat. Padahal di warung dekat rumah biasanya selalu ada,” katanya.
Namun, tambahnya, hari itu mendadak gas yang dikenal gas melon itu mendadak habis. “Kata pemilik warung, kosongnya stok gas melon itu sudah berlangsung hampir seminggu,” ujar Erwin.
Dirinya baru mendapatkan gas melon hari ini (Selasa, 10/3/2020) setelah berkeliling ke sejumah tempat. “Itupun harus harus sedikit berebut karena ternyata banyak orang yang juga mengalami hal yang sama,” ucapnya.
Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan usaha Kecil Menengah (DPKUKM) Kota Cirebon, Hj. Maharani Dewi membantah stok persedian gas melon sulit didapat. Ia menyebut , hingga saat ini kuota gas elpiji 3 kg di Kota Cirebon masih normal.
Adanya keluhan masyarakat terkait sulitnya mendapatkan pasokan elpiji bersubsidi tersebut dikarenakan meningkatnya permintaan saat ini.
“Yang terjadi saat ini dikarenakan tingginya permintaan,” ungkap Maharani saat ditemui di Balaikota Cirebon, Senin (9/3/2020).
Musim hujan, lanjut Maharani, membuat sejumlah pedagang mengalami peningkatan permintaan. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya pemakaian elpiji 3 kg.
Akibatnya, sejumlah pedagang yang pembeliannya hanya satu tabung seperti pedagang gorengan mengalami kesulitan mendapatkan elpiji 3 kg, termasuk juga ibu-ibu rumah tangga. Kalau pun ada, harganya mencapai Rp 23 ribu/tabung.
“Tapi itu di tingkat eceran. Sedangkan di tingkat pangkalan harganya masih tetap sesuai harga eceran tertinggi,” ungkap Maharani. HET elpiji 3 kg di tingkat pangkalan saat ini masih Rp 16 ribu/tabung.
Untuk penambahan kuota elpiji 3 kg menurut Maharani biasanya hanya berlaku saat hari besar seperti Lebaran, Natal dan tahun baru. Namun saat ini Maharani mengungkapkan jika mereka telah berkoordinasi dengan Hiswana Migas untuk membahas permasalahan ini.
Sementara itu menyinggung gula pasir, Maharani mengungkapkan stok sebenarnya masih ada. “tapi memang harganya melonjak, khususnya di pasar tradisional,” ungkap Maharani. Kenaikan harga gula menurut Maharani dikarenakan stoknya yang memang menipis.
“Karena gula lokal belum melakukan giling,” ungkap Maharani. Saat ini DPUKM Kota Cirebon tengah melakukan koordinasi dengan pihak provinsi untuk membahas minimnya stok gula di pasaran. (irgun)