MAJALENGKA, fajarsatu – Ingin menginap di vila di atas bukit? cobalah ke D’Villa Classic. Vila ini terletak di Desa Sukadana, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Di sebuah kelokan menanjak menuju akses objek wisata alam Bukit Panyaweuyan, vila cantik nan eksotik itu berdiri.
Saat fajarsatu.com ditemani Sekjen Indonesian Fighter Tourism Assaciation (IFTA) Majalengka, Andri Somamihardja sampai di vila, kondisinya cukup ramai. “Ada tamu yang menginap dari kemarin,” kata owner D’Villa Classic, Fani Maria Viarawangi menyambut kedatangan kami.
D’Villa Clasic berada di tepian tanah menurun yang sudah ditata sangat baik. luasnya sekitar 300-an meter persegi. Karena berlokasi di tanah menurun, view panorama alamnya jelas terlihat di depan mata. Bahkan, dari vila ini dapat melihat keindahan terasering Bukit Panyaweuyan dari kejauhan.
Menurut Fani (sapaan akrab owner D’Villa Classic), awal didirikannya vila ini karena dirinya sangat menyukai alam. “Saya suka bermimpi mempunyai rumah di atas bukit tapi bukan untuk masa tua melain saat masa muda. Itu target saya,” ucap istri dari Yana Mulyana ini.
Akhirnya mimpi itu terwujud dengan pembelian lahan dan bangunan di Desa Sukadana. Lokasinya di pinggir jalan menuju Bukit Panyaweuyan yang hanya berjarak sekitar 2 km. “Lahannya sekitar 300-an di tepi jurang. Tetapi yang menarik di sini, kita bisa melihat pemandangan lembah dan perbukitan dari rumah,” kata ibu muda beranak dua ini.
Pembelian lahan itu, lanjut Fani, sangat sesuai dengan keinginannya, yakni lokasinya di area pegunungan yang bisa melihat view ke lembah dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Pembelian lahan ini terjadi sekita dua tahun lalu.
“Karena basic saya menyukuai alam, akhirnya pembangunan rumah pun berkonsep alam dengan memadukan bambu, batu dan bata merah. Jadi seperti rumah zaman dulu,” ungkap pemilik Café Classic Majalengka ini.
Pada akhirnya, pembangunan rumah ini lebih mirip sebuah vila yang diberi nama D’Villa Classic yang berasal dari nama anaknya dan tambahan clasic sesua nama café miliknya.
“Yang tadinya vila buat rumah tinggal, tapi orang-orang dari luar kota malah ingin menginap di sini. Selanjutnya ya saya jadikan bisnis sehingga banyak wisatawan terutama dari luar yang menyewa kamar di sini,” ungkap Fani yang juga membuka Toko Trail di Majalengka.
Ia menjelaskan, jumlah kamar di vila ini totalnya ada lima tetapi hanya empat yang disewakan, sedangkan satu kamar digunakan untuk dirinya dan keluarga. Selain itu, tambahnya, D’Villa Classic juga menyediakan sound system untuk tamu atau rombongan yang mengdakan live music dan kafe di lantai 2.
Yang menarik dari vila ini, ada dua kamar yang benar-benar sangat “jadul” karena dindingnya terbuat dari bilik bambu dan lantainya berbahan papan dengan atap dari injuk. Sangat eksotik.
Dengan fasilitas ala pedesaan, pihaknya menawarlkan tarif kamar Rp 400 ribu per malam. Walaupun jumlah kamar hanya empat, tetapi jika datang berombangan, pihak vila menyediakan tenda dengan view ke lembah dan bila malam hari gemerlap Kota Majalengka dapat terlihat jelas.
“Kebanyakan tamu datang dari Jakarta, Bandung, Bali bahkan dari Kalimantan pun pernah nginep di sini,” ungkap Fani.
Masih kata Fani, kafe di vila ini hanya pelengkap untuk minum kopi dan makanan ringan, tetapi kalau datang rombongan pihaknya juga menyediakan makan berat bahkan bisa menerima pesenan kambing guling.
“Kami menyediakan pesanan sate, kambing giling, liwet dan lainnya sesuai pesanan. Kami juga mempunyai peternakan kambing,” kata Fani.
Dikatakannya, kebanyakan tamu yang datang dan menginap di D’Villa Classic sebagai transit ke Bukit Panyaweuyan dan rombongan untuk menggelar reuni. “Nah alat musik akustik dan sound system ini akan digunakan untuk acara seperti itu,” jelasnya.
D’Villa Clasic dibuka sejak tujuh bulan lalu tetapi yang menginap sudah banyak baik keluarga atau rombongan. “Sebenarnya D’Villa Classic ini belum opening tetapi entah kenapa yang menginap sudah banyak,” kata dia.
Konsep D’Villa Classic lebih kepada kekeluargaan dimana tamu yang datang dianggap tamu yang datang ke rumahnya sehingga harus dihormati dan dilayani dengan baik. “Malah saya turun langsung melayani tamu karena saya menganggap mereka sedang bertamu ke rumah saya,” ujar Fani.
Tak berselang lama, tembang “Huma di Atas Bukit” milik Godbles mengalun lembut di sebuah handphone milik tamu vila. Terdengar syahdu di tengah semilir angin segar di perbukitan nan indah. (irgun)