MAJALENGKA, fajarsatu – Menapaki jalan terjal merupakan tantangan tersendiri bagi pengunjung yang akan menuju Curug Ibun Pelangi. Lokasinya sendiri berada di Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.
Lokasi Curug yang sempat viral dengan sebutan “Green Canyon dari Majalengka” ini berada di Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Masih satu jalur dengan menuju Curug Muara Jaya atau Curug Apuy. Hanya saja, posisi persisnya Curug Ibun berada di bawah Curug Muara Jaya.
Untuk menuju ke lokasi wisata eksotik ini, dari terminal Maja pengunjung bisa lurus menanjak dan berhentilah di titik yang banyak spanduk bertuliskan Curug Ibun Pelangi. Dari tempat parkir kendaraan, pengunjung harus berjalan kaki menuju lokasi curug sekitar 200 meter atau selama kurang lebih 10 menit.
Untuk menikmati keindahan Curug Ibun, setelah sampai di titik parkir, pengunjung dikenai tarif masuk Rp 10 ribu ditambah parkir motor Rp 3.000.
Kemudian perjalanan yang cukup melelah dilanjut dengan menuruni tangga jalan yang cukup curam. Entah berapa jumlah anak tangga yang harus dilewati, rasa lelah tak lagi mengingatnya.
Namun rasa lelah ini akan terlunaskan dengan pemandangan yang menakjubkan tersaji di depan mata. Di lokasi Curug Ibun Pelangi banyak sekali pilihan objek wisata dengan spot foto mempesona.
Di sepanjang jalan setapak menuju curug, banyak dijumpai kebun warga yang ditanami berbagai sayuran, seperti daun bawang, cabai rawit, cabai merah, dan jagung. Argapura adalah salah satu sentra sayuran di Majalengka.
Mendekati lokasi curug, suara gemuruh air terjun dan hembusan angin sudah terasa menerpa wajah. Rasa penasaran pun mengalahkan rasa lelah yang mendera. Hingga ditemui papan penunjuk jalan dari kertas putih dilaminating bertuliskan “Curuh Ibun kanan, Curug Kancah kiri”. Perjalanan dilanjutkan ke arah kiri menuju Curug Ibun.
Menurut Sekjen Indonesian Fighter Tourism Assaciation (IFTA) Majalengka, Andri Somamihardja yang menemani fajarsatu.com ke lokasi curug, Kecamatan Argapura cenderung berhawa lebih dingin dengan hujan lebih sering dibandingkan dengan daerah lain di Majalengka membuat tanah lempung lebih lembek sekalipun pada musim kemarau.
Sebelum mencapai curug sekitar 15 meter terdapat tanah datar terdapat warung-warung makanan dan yang dikelola warga. “Biasanya para pemandu banyak berkumpul di tempat itu. Yang khas di sini ialah dinding batunya. Itu seperti Grand Canyon di Amerika,” ujarnya, Sabtu (17/10/2020).
Memasuki kawasan curug, tampak mengalir air jernih di antara bebatuan. Tampak pula dinding batu setinggi 20 meter membentuk lembah dan guratan menyerupai alur air. Saat kaki menapaki air, dinginya terasa hingga ke tulang. Dingin sekali.
Sementara dari celah-celah dinding batu bermunculan rembesan air. Salah satunya sangat deras hingga membentuk curug. Itulah Curug Ibun Pelangi.
“Objek wisata Curug Ibun Pelangi ini sering dijadikan sasaran para fotografer dari berbagai wilayah. Lokasinya dinilai eksotik dan penuh daya tarik tersendiri,” jelas kandidat doktor yang juga dosen Universitas 17 Agustus (Untag) Cirebon ini.
Ia menambahkan, nama pelangi di belakang Curug Ibun, karena ketika matahari bersinar dan menerobos embun yang timbul dari jeram muncullah pelangi. “Sehingga masyarakat setempat menamakannya Curug Ibun Pelangi,” ujar pria yang handal menciptakan lagu ini.
Sayangnya, saat fajarsatu.com di lokasi, pelangi tak juga muncul. Yang muncul hanya terobosan mentari di antara pepohonan, yang membentuk sinar eksotik. Sangat eksotik. (irgun)