MUARA ENIM, fajarsatu – Telur merupakan satu dari sembilan jenis bahan pokok sehingga tak heran menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat tinggi, apalagi seperti Kota Muara Enim dengan jumlah penduduk yang tinggi.
Tingginya permintaan di pasar menyebabkan usaha ayam petelur sendiri merupakan satu pilihan usaha potensial yang sangat tepat dijalankan.
Soal pemanfaatan, telur tak hanya dimanfaatkan untuk dikonsumsi langsung sebagai lauk sajian, tetapi juga sebagai bahan baku beragam masakan dan hidangan.
Itu sebabnya, daya serap pasar terhadap telur maupun ayamya begitu tinggi. Dipasaran sendiri, permintaan terhadap telur ayam sangat beragam.
Mayoritas permintaan mengarah pada jenis telur ayam negeri biasa, sedangkan khusus untuk pasar rumah tangga muncul permintaan telur ayam khsusus seperti telur ayam kampung atau telur ayam khusus dengan kandungan omega.
Berbicara mengenai bisnis peternakan biasnya jarang sekali bersentuhan dengan wanita. Pasalnya, wanita kerap menjalankan usaha yang menyentuh sisi femininitas.
Namun hal itu berbeda dengan wanita kelahiran Belitang ini yaitu Alvita Arundati yang memilih menjadi peternak ayam petelur jenis broiler atau ayam negeri sebagai penghasilan finansialnya.
Wanita yang akrab disapa Bu Vit ini menceritakan, sebelum dirinya memulai bisnis ini, ia selalu ikut suaminya kerja keluar kota, yang kebetulan saat ini tengah menjabat sebagai manajer di salah satu perusahaan plat merah.
“Apapun pekerjaan suami, perempuan harus punya penghasilan sendiri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan, jadi kalau kita ada persiapan, apapun yang terjadi, setidaknya kita sudah bisa menghasilan uang sendiri,” kata wanita yang tinggal di Muara Enim ini.
Namun hiruk-pikuk alat berat dan debu lapangan tak lagi dirasakan oleh Alfita, lantaran hari-harinya kini ia lewati bersama ratusan ayam yang di peliharanya di Pelawaran, Muara Enim dekat Majlis Miftahul Huda tepatnya.
Sebelumnya ia belum pernah memelihara ayam, meski belum ada pengalaman Ibun Vit tak pernah mengeluh akan hal itu, sebab internet yang digunakan sangat membantunya untuk merawat dan membesarkan ayamnya.
Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Alfita membuktikan bunyi pepatah bijak ini. Ayam-ayam yang dipeliharanya dari sembilan bulan yang lalu, kini mulai menghasilkan.
“Bukan hanya hanya dikonsumsi sendiri, tetapi juga bisa menghasilkan uang jutaan rupiah,” kata wanita kelahiran tahun 1981 itu.
Saat ini, sekitar 150 telur telah dihasilkan oleh ayam yang ia pelihara. Biasanya tersebut dikumpulkan di siang hari dan dibersihkan terlebih dahulu kemudian dimasukan ke karpet dan siap untuk dijual.
“Untuk harga penjualan ayam telur, wwfarm mematok harga Rp 22 ribu ribu per kilogram,” ungkapnya.
Untuk pemasaran, bermacam-macam ada yang diantar ke pasar langsung ada juga yang datang ke kandang mengambil sendiri, tergantung pesanan.
“Kalau mau Lebaran bisanya banyak sekali pesanan, kadang-kadang kekurangan stok,” tambahnya.
Lebih jauh Alfita menceritakan, usaha ayam petelur ini tidak serta merta berhasil apalagi kalau musim pancaroba harus benar-benar maksimal mengurus ayam.
“Karena saat pancaroba atau pergantian cuaca bisanya ayam muda terkena penyakit. Untuk mencegah terkena, saya biasanya menyuntik sendiri semua ayam,” pungkas Alfita. (rmm)