KESAMBI, fajarsatu – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Cirebon menggelar Konferensi Pers Akhir Tahun yang berlangsung di Kantor OJK Cirebon, Jalan DR. Cipto Mangunkusumo, Kelurahan/Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Selasa (29/12/2021).
Kepala OJK Cirebon Fredly Nasution mengatakan, pihaknya mencatat sektor jasa keuangan tetap stabil dan terus bertumbuh, tercermin dari semakin meningkatnya fungsi intermediasi baik di sektor perbankan maupun di Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) serta bertambahnya dana investor di pasar modal.
Lanjutnya, kinerja sektor keuangan yang terjaga dengan baik ini sejalan dengan fungsi pengawasan yang terus dilakukan OJK serta relatif terkendalinya pandemi Covid-19 sehingga mobilitas meningkat yang berdampak pada perbaikan aktivitas perekonomian.
“Pada tingkat regional, indikator sektor jasa keuangan di Wilayah III Cirebon yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan menunjukan angka positif pada seluruh sektor yang meliputi Perbankan, Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) dan Pasar Modal,” kata Fredly.
Ia menjelaskan, pertumbuhan perbankan pada Oktober 2021 dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit bank umum konvensional di Ciayumajakuning menunjukkan tren positif secara year on year (yoy) dengan pertumbuhan 3,82 persen menjadi Rp 36,23 triliun dan 9,51 persen menjadi Rp 41,40 triliun.
“Pada bank umum syariah dan unit usaha syariah, tren positif juga terjadi ditunjukkan dengan meningkatnya DPK menjadi Rp 2,86 triliun (9,48 persen yoy) dan penyaluran pembiayaan mencapai Rp 2,76 triliun (11,52 persen yoy),” jelas Fredly.
Dikatakannya, peningkatan kredit dan pembiayaan pada bank umum di tengah pandemi Covid-19 dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, terlihat dari level kredit bermasalah yang terjaga di level 2,41 persen (konvensional) dan 2,73 persen (syariah).
Hal ini, kata Fredly, menggambarkan bahwa perbankan tetap berkomitmen mendukung pemulihan ekonomi karena dengan adanya penambahan modal usaha/pembiayaan konsumtif maka dapat menjadi salah satu faktor penggerak ekonomi di tengah masyarakat.
Sementara Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga menunjukan tren positif pada posisi November 2021 terjadi pertumbuhan pada Total Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kredit namun terjadi penurunan pada laba berjalan.
“Kredit pada BPR mampu mencatatkan tren positif sebesar 5,38 persen yoy menjadi Rp 2,54 triliun sedangkan DPK meningkat double digit 13,09 persen yoy menjadi Rp 2,48 triliun. Hal ini menjadi indikator bahwa masyarakat makin mempercayai BPR sebagai tempat menyimpan dana dalam bentuk tabungan dan deposito,” ujar Fredly.
Namun, tambahnya, meski aset BPR mengalami kenaikan sebesar 9,85 persen menjadi Rp 3,44 triliun, tapi kredit bermasalah sedikit meningkat sebesar 0,28 persen dan terjadi penurunan pada sisi laba berjalan sebesar 10,39 peresen.
“Dalam rangka menjaga momentum pemulihan ekonomi, OJK menerbitkan dua ketentuan yang memperpanjang masa kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit perbankan dari Maret 2022 menjadi Maret 2023,” kata Fredly.
Hingga 30 November 2021, imbuhnya, BPR di wilayah kerja Kantor OJK Cirebon telah merestrukturisasi kredit 3.210 debitur UMKM dengan nominal Rp 165,48 miliar dan 337 debitur non UMKM dengan nominal Rp 5,89 miliar.
Selain itu, ujar Fredly, KOJK Cirebon terus melakukan pemantauan terhadap kondisi likuiditas BPR berupa penyampaian laporan secara mingguan sehingga selalu tetap terjaga dan dapat memenuhi kewajibannya kepada nasabah.
“OJK Cirebin secara konsisten melakukan asesmen terhadap perekonomian dan sektor jasa keuangan bersama dengan Pemerintah dan otoritas terkait lainnya serta para stakeholder dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah momentum akselerasi pemulihan ekonomi nasional,” pungkasnya. (irgun)