Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat)
BERBUAT baik dan menjadi pendukung kebaikan merupakan lakon kehidupan yang sangat mulia dalam kehidupan kita. Mungkin bentuk atau jenisnya terlihat sepele, tapi pasti memiliki dampak dan manfaat yang tak bisa dianggap sepele. Bahkan berbagi senyuman atau tersenyum kepada sesama merupakan kebaikan yang bernilai mulia. Ia merupakan sedekah yang pasti bernilai baik di hadapan Allah SWT dan menjadi pengikat hubungan baik dengan sesama. Tentu kebaikan dalam bentuk atau jenis lain juga pasti bernilai kebaikan dan pasti dilihat oleh Allah.
Bila kita telisik, ada begitu banyak orang yang baik dan berbuat baik pada kita selama ini, baik kita minta atau yang tidak kita minta. Pada saat kita benar-benar butuh sesuatu tetiba orang datang mengulurkan tangan atau memberi bantuan. Mungkin kita bertanya dan penasaran, mengapa mereka begitu baik pada kita? Alasan setiap orang tentu berbeda-beda dan itu urusan masing-masing. Namun percayalah satu hal yang utama yaitu mereka melakukan itu karena mendapatkan bimbingan dan petunjuk dari Allah untuk berbuat baik dan bertindak sebaik itu. Allah menggerakkan dan memudahkan langkah mereka untuk berbuat baik kepada siapapun, termasuk kepada diri kita.
Lalu, mengapa kita mesti berbuat baik atau menjadi pelaku sekaligus pendukung kebaikan, minimal mengikuti jejak mereka yang suka berbuat baik dan menjadi pendukung kebaikan? Paling tidak ada beberapa alasan sebagai motivasi sekaligus alasan yang menambah keyakinan kita agar semangat kita dalam kebaikan tetap terjaga.
Pertama, Allah suka pada orang yang melakukan kebaikan. Ya, Allah sangat suka pada siapapun yang berbuat baik. Bayangkan, Allah langsung yang suka. Ini benar-benar sebuah anugerah yang sangat kita nantikan. Allah berfirman, “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al-Baqarah: 195).
Kedua, Allah memastikan kebaikan pasti terbalas kebaikan. Ingat, ini Allah langsung yang memastikan bahwa kebaikan pasti terbalas. Sekadar menjadi renungan, biasanya ketika sesama manusia menjanjikan bila kita melakukan sesuatu bakal mendapat hadiah, kita begitu giat melakukan sesuatu itu. Nah, ini Allah langsung yang memberi janji. “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. QS. ar-Rahman: 60). Sebuah kepastian yang perlu menjadi motivasi dan pendorong bagi kita untuk melakukan kebaikan.
Ketiga, setiap kebaikan sekecil apapun pasti terbalas. Ya, Allah pun mengingatkan kepada kita bahwa betapa kecil dan sesederhana apapun kebaikan yang kita lakukan pasti mendapatkan balasan. Baik semisal maupun yang lebih dari itu, bahkan berlipat ganda kebaikan juga balasannya. Allah berfirman, “Barangsiapa yang berbuat kebaikan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”. (QS. Az-Zalzalah: 7-8).
Itu pertanda, setiap kebaikan sekecil apapun itu tidak bisa dianggap remeh atau sepele, kebaikan sekecil apapun yang diumpakan sebesar biji dzarrah pada ayat dibatas juga tetap mendapat balasan pahala sesuai yang diperbuat oleh pelakunya. Menurut sebagian ulama, perumpamaan biji dzarrah di sini bukan menunjukkan makna benda, tetapi lebih kepada suatu hal yang dianggap sangat kecil dan remeh sesuai pemahaman kita sebagai manusia.
Keempat, setiap kebaikan bakal mendapat balasan berlipat ganda. Bukan itu saja, Allah pun mengingatkan betapa kebaikan bakal menghadirkan kebaikan yang lain, balasannya pun berlipat ganda. Itu sudah janji Allah langsung. Ia berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Baqarah: 261)
Kelima, kebaikan menjadi pintu atau jalan bagi datangnya rahmat Allah. Ya, berbuat baik juga bisa menghadirkan rahmat Allah bagi pelakunya. Salah satu pertanda bahwa kehidupan kita berada dalam koridor yang benar adalah manakala Allah merahmati kita dan apa-apa yang kita lakukan. Rahmat Allah itu banyak wujudnya, misalnya, dijauhkan dari berbagai bencana atau musibah, Allah mengabulkan permohonan dan hajat kita, dan masih banyak lagi. Tapi kita mesti berbenah agar terus menjadi pelaku kebaikan. Tidak salah bila Allah berfirman, “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al-A’raf: 56).
Keenam, setiap kebaikan pasti kembali pada pelakunya. Menjadi pelaku kebaikan memang kadang terasa berat, sebab kita merasa apa yang kita lakukan tak terbalas. Rasa was-was semacam itu bisa saja datang mengganggu bahkan menghalangi kita untuk berbuat baik. Karena itu kita perlu menyadari bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan pasti kembali pada diri kita sendiri. Mungkin tidak seketika pada saat kita melakukan kebaikan, sebab Allah memiliki skenario untuk membalas kebaikan hamba-Nya. Tapi Ia sudah memastikan bahwa “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri”. (QS. al-Isra’: 7).
Jadi, jangan pernah ragu lagi untuk berbuat baik kepada diri sendiri sekaligus kepada siapapun dan kapanpun. Sebab setiap kebaikan sesederhana atau sekecil apapun itu pasti kembali kepada diri kita, dan pasti dibalas oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat.
Selebihnya, bersyukur kepada Allah dengan ucapan alhamdulillah, sembari itu kita juga perlu memohon kepada-Nya agar kita dan mereka yang pernah berbuat kepada kita mendapat keberkahan hidup, ikhtiar terwujud, doa terkabulkan, keluarga akur, karir melejit, rezeki lancar, ampunan dari seluruh dosa, dan kelak ditakdirkan menjadi hamba Allah yang menikmati surga terbaik dari-Nya. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Kaya dan Maha Kuasa atas seluruh hamba-Nya! (*)