CIREBON, fajarsatu.com – Perilaku hidup sehat masyarakat dan pernikahan dini, masih menjadi dua faktor penyebab resiko stunting tinggi. Oleh karena itu Stunting merupakan persoalan nasional yang penanganannya tidak bisa hanya oleh masing-masing sektor, namun harus dilakukan secara bersama-sama semua pihak.
Hal itu disampaikan anggota DPR RI, H. Kardaya Warnika saat sosialisasi
KIE dan Program Bangga Kencana pencegahan stunting, di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jumat (28/7/2023).
Acara Kardaya Warnika meriah dengan adanya doorprize dengan menyediakan berbagai hadiah, yang dipandu MC ternama Nur Hikmah.
“Pernikahan dini juga bisa beresiko stunting, oleh karena jangan menikah dini karena itu beresiko, Karena stunting itukan objeknya calon pengantin, ibu hamil yang menjadi objeknya itu,” jelas Kardaya
Imbauan dan edukasi kepada masyarakat mengatasi pencegahan stunting harus terus dilakukan. Juga bekerjasama dengan KUA dan Penyuluh Agama.
“Kita kasih pencerahan. Sebelum nikah itu diberikan bimbingan. Kita kerjasama juga dengan sekolah-sekolah. Kita jelaskan bahaya pernikahan dini ini,” jelasnya.
Dikatakannya, penyebab stunting selain pernikahan dini, stunting juga karena kekurangan gizi pada bayi 1000 hari pertama kehidupannya, sehingga menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
“Karena mengalami kekurangan gizi menahun bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar balita seumurnya, namun tidak semuanya yang bertubuh pendek itu stunting,” katanya.
“Jika anak mengalami stunting, tentu saja tidak hanya berdampak pada fisk namun bisa berpengaruh pula terhadap kecerdasan anak tersebut ada tiga hal yang dipersiapkan dalam penanganan stunting ini,” sambungnya.
Pertama program siap nikah dan siap hamil Calon pengantin harus dipersiapkan, jangan sampai kurang gizi, amenia dan lainnya yang nanti ketika menikah dan hamil memungkinkan punya anak stunting karena dari ibu yang kurang gizi atau secara fisik kurang sehat.
Kardaya Warnika yang merupakan anggota komisi IX DPR-RI Dapil Jabar VIII meliputi Kota dan Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu terus tak hentinya melakukan sosialisasi bersama mitra seperti dr. Fajar Firdawati sebagai Direktur bina pelayanan KB wilayah khusus BKKBN Pusat, Irfan Indriastono sekertaris perwakilan BKKBN Jawa Barat, Jaojatun sub kordinator BPPIK & Advokasi DPPKBP3A kabupaten Cirebon. (de)