Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis Buku “Ketika Allah Memilihmu”
GELIAT literasi Indonesia terus menyala, termasuk di Lombok, NTB. Kondisi semacam ini semakin menyemangati para penggiat terutama penulis buku di berbagai kota di Indonesia, sehingga semakin produktif menghasilkan karya tulis seperti buku dalam beragam tema. Kehadiran mereka menjadi penyemangat dan saksi nyata betapa negeri ini tak kehilangan jejak sekaligus tak kehabisan energi untuk menghasilkan karya tulis yang mencerahkan bangsa.
Itulah yang saya pahami dari tekad dan ikhtiar Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Hamzanwadi, Lombok Timur, NTB yang mengadakan “Seminar Kepenulisan dan Launching Buku” dengan tema “Pengaruh Buku Berkualitas Menuju Peradaban yang Lebih Baik” yang berlangsung di Aula Perpustakaan Daerah Lombok Timur pada Sabtu 31 Mei 2025.
Walau tidak bisa hadir di lokasi acaera, saya sangat percaya, pada forum ini beberapa penulis yang diundang sebagai narasumber bakal berbagi pengalaman dalam menekuni dunia kepenulisan selama ini sekaligus mengulas buku baru yang mereka hasilkan masing-masing selama beberapa waktu terakhir. Ini menjadi forum yang sangat layak untuk dihadiri dan bakal menjadi trigger untuk kemajuan literasi di NTB, juga Indonesia di masa depan.
Mereka adalah (1) Lia Harnita penulis buku “Meraih Cinta-Nya: Menikah untuk Taat Bukan untuk Maksiat”, (2) Rahayu Praya Ningsih penulis buku “Mozaik al-Qur’an: Kajian Berbagai Topik Perspektif al-Qur’an”, (3) Abu Maryam Setiawan penulis buku “Bersegeralah Kembali Kepada-Nya: Karena Mendekat Kepada-Nya adalah Sumber Kebahagiaan Sesungguhnya”, dan (4) Iwan Wahyudi penulis buku “Buku, Pena dan Kita: Klaimat-kalimat yang Dipungut Kembali Agar Aksaraku Tak Hilang”
Salah satu penulis yang saya kenal lama adalah Iwan Wahyudi, akrab disapa Pak Iwan. Saya mengenalnya sejak 19 tahun yang lalu, saat kami mengkuti acara mahasiswa tingkat nasional di Palembang, Sumatra Selatan tahun 2006. Belakangan kami sering menulis buku secara kolaboratif, termasuk menulis buku “Pemuda Negawaran” (terbit 2023) yang pernah dibedah di Universitas Muhammadiyah Mataram pada Jumat 24 Mei 2024 lalu.
Pak Iwan merupakan penekun literasi sejak mahasiswa, bahkan era SMP dan SMA. Hal ini diakuinya dalam beberapa momentum ketika bersua dengan saya. Ia mengaku, kedua orangtuanya adalah pembaca yang baik. Dengan demikian, tradisi baca-tulis sudah ia kenal sejak dini, saat dua sosok hebat itu masih hidup bersamanya. Walau sudah meninggal dunia, warisan dan inspirasi keduanya masih terasa hingga kini. Termasuk ketika Pak Iwan menuntaskan buku yang dilaunching pada forum akhir pekan ini, di samping belasan buku karyanya, baik karya solo maupun karya kolaborasi dengan para penulis lainnya dari berbagai kota di seluruh Indonesia.
Saya juga cukup mengenal Lia Harnita. Mba Lia, demikian saya menyapanya, merupakan salah satu penulis produktif Indonesia asal Lombok, NTB. Saya pernah bersua dengan Mba Lia ketika saya menjadi narasumber acara pelatihan kepenulisan yang diselenggarakan oleh Nulis Dari 0-Terbit (ND0T) di Masjid Al-Haramain, berlokasi di Desa Teratak, Batukliang, Lombok Tengah, NTB pada Senin 3 Juni 2024 lalu. Saat itu saya ditemani oleh sahabat terbaik saya Pak Iwan. Beberapa buku karynya bisa dinikmati di toko buku Gramedia, Kota Mataram.
Khusus untuk Rahayu Praya Ningsih (Mba Rahayu), saya akui saya belum mengenalnya. Mungkin pernah bersua dalam satu forum, namun sekali lagi, saya belum mengenalnya. Walau begitu, saya sangat percaya penulis buku berjudul “Mozaik al-Qur’an: Kajian Berbagai Topik Perspektif al-Qur’an” ini adalah sosok penulis produktif dan layak dijadikan inspiratory bagi siapapun agar terus berkarya. Para penulis pemula sangat perlu mendengar cerita baiknya, juga pengalamannya dalam menulis buku.
Selanjutnya, Abu Maryam Setiawan. Ustadz muda yang kerap menjadi narasumber kegiatan kalangan muda termasuk kemahasiswaaan di pulau Lombok ini merupakan aktivis yang berpengalaman. Saya sering bertukar sapa dengannya melalui tulisan pendek di media sosial, tepatnya akun facebook. Sehingga tidak bersua fisik tak menjadi penghalang bagi kami untuk menyambung sekaligus memperkokoh silaturahim.
Seingat saya, buku-bukunya, termasuk buku “Bersegeralah Kembali Kepada-Nya: Karena Mendekat Kepada-Nya adalah Sumber Kebahagiaan Sesungguhnya” diterbitkan oleh Penerbit Haura Utama, tempat dimana buku-buku saya diterbitkan. Penerbit ini berada di Sukabumi, Jawa Barat. Saya sendiri sudah berdomisili di Jawa Barat sejak 2002 silam hingga saat ini.
Bahkan buku-buku saya yang baru terbit seperti “Ketika Allah Memilihmu” (2025), “Mencintai Nurul Hakim Tanpa Tapi” (2025) dan buku biografi “Aminudin Ridwan: Rekam Jejak dan Inspirasi Meniti Usaha Permen Jahe 61” (2025) juga diterbitkan oleh penerbit yang sama. Saat ini, naskah buku-buku saya yang baru juga masih dalam proses cetak di penerbit yang sama. Mohon doa dan dukungan terbaik dari siapapun yang membaca tulisan ini!
Menulis buku artinya menantang dunia secara terbuka dengan gagasan jenial kita. Kita mesti percaya diri dan optimis bahwa buku yang kita karyakan dibaca dan memiliki dampak baik bagi banyak orang. Dengan menulis buku berarti kita menghidupkan zaman dengan ide terbaik dan inspiratif yang kita miliki. Dengan menulis buku kita bisa menciptakan dunia dengan cara pandang kita. Maknanya, bila kita menulis buku maka kita menciptakan kehidupan baru yang lebih baik dan inspiratif bagi diri kita juga orang lain. Salam literasi! (*)
