CIREBON, fajarsatu.- Tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Cirebon tidak membawa pulang oleh-oleh khas Kota Udang. Banyak oleh-oleh cemilan khas Cirebon, satu diantaranya adalah kerupuk melarat.
Bagi warga Cirebon maupun wisatawan yang pernah singgah di Cirebon, tentunya kerupuk merlarat bukanlah nama asing. Cemilan renyah ini banyak disukai karena rasanya yang manis-manis gurih dan harganya tak membuat dompet menipis alias murah.
Kerupuk melarat ini akan lebih terasa nikmat jika ditambahkan sambal asem, so pasti lidah anda tidak akan berhenti bergoyang.
Untuk mendapatkan cemilan ini tidaklah sulit, mulai dari penjaja warung pinggir jalan, pasar tradisional hingga toko yang khusus menjual oleh-oleh khas Cirebon banyak dijajakan cemilan berbahan dasar tepung tapioka ini.
Yanti, seorang pedagang yang mangkal di pinggir Jalan Plumbon, Cirebon mengatakan, dinamakan kerupuk melarat bukan berarti kerupuk ini untuk konsumsi orang miskin tetapi cara pembuatannya yang memang sangat sedeharhana, terutama dalam hal proses penggoreanga di kuwali.
Kerupuk melarat digoreng tidak menggunakan minyak goreng, tapi memakai pasir yang sudah dibersihkan terlebih dahulu melalui proses pengeringan dan penyaringan dengan cara diayak.
“Dinamakan kerupuk melarat karena cara menggoreng dengan menggunakan pasir atau disangray. Jadi seolah-olah tidak mampu membeli minyak goreng. Melarat amat ya,” katanya sambil tertawa.
Proses produksi kerupuk melarat itu sendiri tampaknya tidak semelarat namanya. Buktinya, untuk memproduksi kerupuk melarat, sedikitnya pemilik harus memiliki lahan untuk pabrik dan tempat penjemuran. Ditambah karyawan untuk membantu usaha pemilik. Minimal karyawan antara 5 hingga 10 orang.
Ditambah pembelian tepung tapioka sebagai bahan dasar utama. Tentunya dibutuhkan persediaan tepung tapioka hingga angka ton. Ujungnya, tentu saja untuk memproduksi kerupuk melarat membutuhkan modal yang cukup besar.
Dayat, seorang pengusaha kerupuk melarat di Desa Tengah Tani, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon menjelaskan, pengolahan kerupuk ini tidak sulit.
“Bahan dasar kerupuk ini berupa tepung tapioka yang cukup dicampurkan garam, bawang putih dan rempah-rempah lainnya. Adonan kemudian dibentuk menjadi bagian-bagian persegi panjang pipih dengan alat sederhana,” jelasnya.
Adonan persegi panjang pipih itu dipanaskan dalam oven, sebelum dijemur di tengah terik matahari selama sekitar lima jam.
“Dalam hal perwarnaan, kami sama sekali tidak menggunakan pewarna kimia. Warna kerupuk akan meuncul dari proses adonan sehingga warna kerupuk tidak menyala seperti umumnya kerupuk dengan menggunakan pewarna kimia,” terang Darsa.
Pada perkembangannya sekarang, kerupuk yang menampilkan warna putih, merah dan kuning ini banyak juga dijadikan bahan tambahan untuk makanan lain, seperti sambel rujak khas Cirebon.
“Selain kangkung sebagai bahan dasar, juga akan dilengkapi mie, toge ditambah kerupuk melarat kemudian disiram sambal yang diolah dari cabe merah dan asem,” kata Yuyun, pedagang sambel rujak keliling sambil meracik rujak asem.
Itulah kerupuk melarat. Ada varian baru selain dimakan langsung. Apapun itu, cemilan ini layak untuk anda cicipi. Renyah, gurih dan tentu saja murah. (FS-2)