SUMBER, fajarsatu.- Kramat Ki Buyut Trusmi berlokasi di Kampung Dalem, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. di dalam komplek ini terdapat masjid yang dibangun Ki Buyut Trusmi. Saat ini komplek trsebut menjadi salah satu cagar budaya yang menyimpan berbagai bukti peninggalan sejarah syiar Islam di zaman Sunan Gunung Jati.
Komplek Kramat Ki Buyut Trusmi memiliki ornamen yang khas merupakan tempat penyebaran Islam yang dibangun pada 1481 oleh Ki Buyut Trusmi. Kompleks Buyut Trusmi didominasi warna merah bata.
Pada waktu-waktu tertentu di komplek makam ini rutin dilakukan ritual upacara. Pada setiap 25 Mulud dilakukan upacara ganti welit (atap dari anyaman daun kelapa) dengan melakukan tahlilan. Atap yang terbuat dari sirap juga diganti secara berkala.
Setiap empat tahun sekali upacara penggantian sirap dilakukan. Dalam upacara ini dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
Gerbang masuk pertama ke kompleks Kramat Buyut Trusmi berupa gapura terbuat dari susunan bata merah bakar tanpa dihiasi ornamen keramik di dinding gapura seperti umumnya gapura yang terdapat di sejumlah tempat di Kesultanan Cirebon.
Usai melewati gapura kedua pengunjung akan menemui gerbang masuk Komplek Buyut Trusmi. Kompleks itu dikelilingi tembok batu bata merah setinggi orang dewasa. Memasuki Komplek Buyut Trusmi yang pertama terlihat ada bangunan kecil terletak di sebelah kanan. Itulah Masjid Trusmi yang terkunci rapat. Di pintu terdapat tulisan berbunyi “Bukan Tempat Sholat untuk Umum”.
Sementara di sebelah kiri terdapat bangunan beratap daun sirap dari daun kelapa. Konon di dalamnya terdapat makam Ki Buyut Trusmi. Di dalam Komplek Buyut Trusmi sebagian besar di dominasi pemakaman. Warga sekitar menyebutkan, makam-makam tersebut merupakan pengikut Ki Buyut Trusmi.
Untuk berziarah, pengunjung harus membungkuk atau bahkan merangkak, sebuah cara praktis untuk memaksa para pengunjung memberi hormat pada penghuni kubur yang akan dikunjungi.
Melangkah lebih ke dalam, ada masjid yang didalamnya terdapat bedug memanjang cukup besar menggantung, diikat oleh sepasang tambang.
Ruang utama masjid yang tak begitu besar terlihat mimbar dan soko guru berukir suluran daun dan bunga.
Ke arah belakang terdapat sebuah bangunan cungkup yang disebut sebagai Witana. Konon Witana (berasal dari kata awit ana, mulai ada) adalah bangunan tempat sholat yang pertama kali dibuat Ki Buyut ketika baru pertama kali datang ke tempat ini.
Saat ini, komplek tersebut sering dikunjungi terutama ramai pada malam Jumat Kliwon. Mereka brziarah untuk memanjatkan doa dan melakukan tahlilan. (FS-2)