CIWARINGIN, fajarsatu – Musim kemarau panjang membuat para petani yang sudah melakukan panennya, beralih membuat batu bata merah dan menanam palawija di lahan sawahnya sendiri yang sudah kering.
Hal itu terlihat para petani di wilayah barat seperti Desa Gintung Ranjeng, Kecamatan Ciwaringin. Kabupaten Cirebon. Mereka memilih beralih membuat bata merah, karena harganya naik serta pembuatannya mudah dan cepat.
Seperti yang dilakukan Sukarma. Dirinya lebih memilih membuat bata merah dibanding bertanam palawija seperti kacang hijau, karena pembuatannya mudah serta di dukung cuaca yang panas hingga batu bata merah yang di buatnya semakin banyak.
“Saat ini musim kemarau panjang petani lebih memilih membuat bata merah selain harganya saat ini mahal, bahannya juga mudah dari tanah sawah itu sendiri, yang di kasih air secukupnya kemudian di cetak menjadi bata merah,” kata Sukarma saat membuat bata merah di area sawahnya, Kamis (1/10/2020).
Menurutnya, saat kemarau panjang petani yang membuat bata merah semakin banyak karena cuaca sangat mendukung ditambah harganya sedang mahal. Dikatakan dia, dalam sehari dirinya bisa mencetak 1.000 bata merah. Harganya pun saat ini naik mencapai Rp 1 juta per 1.000 bata merah.
“Saat ini harga bata merah sangat mahal capai 1 juta per 1.000 bata merah dalam kondisi belum dibakar. Sedangka yang sudah matang bisa mencapai Rp 1,3 juta sampai Rp 1,5 juta, sehingga para petani banyak yang beralih membuat bata merah daripada lahanya tidak difungsikan,” ungkapnya.
Hal sama juga di sampaikan Arma. Menurutnya, ia membuat bata merah karena sawahnya yang sudah melakukan panen, sulit diairi sehingga lebih memilih bikin bata merah. Kalaupun tanam palawija pengurusannya agak sulit dan tetap masih membutuhkan air.
“Sawah saya sudah sulit diairi karena jaraknya jauh dengan sungai sehingga lebih memilih di buat bata merah dengan mengambil tanah sawah hanya bagian atasnya saja, apa lagi saat ini musim kemarau bata merah mudah kering sehingga sehari bisa mendapatkan jumlah yang banyak,” katanya.
Menurut Arma dibanding tahun sebelumnya dengan musim saat ini kondisi bata merah cepat kering karena cuaca panas, akibatnya dalam saja sehari bata merah bisa langsung kering untuk dilakukan penumpukan, setelah mencapai 10 ribu atau 20 ribu bisa langsung dibakar.
“Kami saat ini sehari bisa membuat 1,000 bata merah dan setelah mencapai 10 ribu kemudian dibakar untuk dijual. Apa lagi saat corona tidak ada pemasukan lebih baik membuat bata merah,” pungkasnya. (dan)