CIREBON – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan volume penjualan domestik (semen dan klinker) secara keseluruhan sebesar 18 juta ton pada tahun 2021. Dimana lebih tinggi 853 ribu ton atau +5,0% dari volume pada tahun 2020. Volume penjualan domestik untuk produk semen saja (tanpa klinker) tercatat sebesar 16,6 juta ton, lebih tinggi 352 ribu ton atau +2,2% dari volume tahun 2020.
Dalam pers rilis yang disampaikan kepada fajarsatu.com pada Sabtu (26/3/2022), Direktur & Corporate Secretary Indocement, Antonius Marcos menjelaskan, pangsa pasar domestik Perseroan pada tahun 2021 adalah sebesar 25,4%. Penjualan ekspor meningkat sebesar +122,0% dari 181 ribu ton menjadi 202 ribu ton pada tahun 2021 yang sebagian besar adalah produk klinker karena Kompleks Pabrik Tarjun telah beroperasi penuh.
Pendapatan Neto Perseroan meningkat sebesar +4,1% menjadi Rp14.771,9 miliar dari tahun 2020 sebesar Rp14.184,3 miliar, peningkatan secara persentase lebih kecil dari peningkatan persentase dari volume penjualan (+5,0%) karena turunnya harga jual rata-rata secara keseluruhan yang terutama disebabkan oleh penjualan ekspor.
Beban Pokok Pendapatan pada tahun 2021 meningkat sebesar -6,3% dari Rp9.070,8 miliar menjadi Rp9.645,6 miliar karena peningkatan volume penjualan dan tingginya biaya energi, terutama dari harga batu bara.
Namun, untuk menekan biaya, Perseroan telah meningkatkan tingkat konsumsi bahan bakar alternatif dari 9,3% pada tahun 2020 menjadi 12,2% pada tahun 2021, termasuk peningkatan penggunaan batu bara low calorific value (LCV) dari 80% menjadi 88%.
Akibatnya, Margin Laba Bruto berkurang menjadi 34,7% pada tahun 2021 dibandingkan tahun lalu sebesar 36,1%, namun secara jumlah meningkat dari Rp5.113,6 miliar menjadi Rp5.126,3 miliar. Margin EBITDA berkurang dari 23,1% menjadi 22,5% dengan jumlah yang lebih tinggi juga dari Rp3.278,0 miliar menjadi Rp3.323,9 miliar.
Margin Laba Usaha meningkat 80bps dari 13,2% menjadi 14,0% pada tahun 2021 yang disebabkan oleh peningkatan dari Pendapatan (Beban) Operasi Lain – Neto. Pada tahun 2020, terdapat rugi penurunan nilai sebesar Rp73,5 miliar atas mesin dan peralatan, dan pada tahun 2021 keuntungan terutama berasal dari pembalikan kewajiban sewa.
Perseroan mencatatkan Pendapatan Keuangan – Neto yang lebih rendah sebesar -45,9% dari Rp257,4 miliar di tahun 2020 menjadi Rp139,3 miliar karena tingkat suku bunga yang relatif lebih rendah di tahun 2021.
Beban Pajak Penghasilan – Neto meningkat sebesar -30,3% dari Rp342 miliar menjadi Rp445,5 miliar yang disebabkan oleh beban pajak penghasilan tangguhan yang lebih tinggi. Sehingga akhirnya, dari angka-angka di atas, Laba Tahun Berjalan menurun -1,0% dari Rp1.806,3 miliar menjadi Rp1.788,5 miliar pada tahun 2021.
Neraca Keuangan yang Tangguh
Setelah pembayaran dividen total (tahun keuangan 2020) sebesar Rp725/saham (total Rp2.669 miliar) dengan Rp225/saham (total Rp828 miliar) dibagikan pada tahun 2020 sebagai dividen interim dan Rp500/saham (total Rp1.841 miliar) yang dibagikan pada tahun 2021 diputuskan dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2021, termasuk Pembelian Kembali Saham yang telah dilakukan sebesar Rp1.583 miliar pada tahun 2021, Perseroan membukukan posisi kas bersih dengan Kas dan Setara Kas menjadi Rp6,1 triliun.
Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasi dan upaya yang gigih dari manajemen untuk meningkatkan modal kerja adalah kunci untuk mempertahankan Neraca Keuangan kami yang tangguh.
Dijelaskan, dengan Posisi Neraca yang kuat dan tidak adanya utang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan situasi ekonomi di tengah pandemi yang masih berlangsung termasuk kondisi kelebihan pasokan pada industri semen, serta siap untuk berpartisipasi dalam setiap kesempatan konsolidasi pada industri semen yang membawa sinergi di masa depan.
Tetap Optimis untuk Pertumbuhan Tahun 2022
Pertumbuhan positif volume semen domestik pada tahun 2021, tentu menjadi dorongan penyemangat bagi industri semen. Tekanan dari COVID-19 saat varian Delta mencapai puncaknya pada bulan Juli dan harga batu bara yang tinggi, tentunya menjadi tantangan utama pada tahun 2021.
Harga jual produk Semen Kantong dinaikkan sekitar 6–8% di sebagian besar area pasar kami yang kuat selama Kuartal 4 2021 sebagai akibat dari beban biaya yang terus meningkat, namun kenaikan belum sepadan dengan biaya energi yang semakin meningkat sejak awal tahun 2021.
Tahun 2022 dimulai dengan meningkatnya kekhawatiran COVID-19 varian Omicron yang telah menjadi nyata ketika puncaknya terjadi pada Februari lalu, namun sejak itu kasus harian baru terus menurun diikuti dengan perubahan pada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Demikian pula meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa telah membuat lonjakan tinggi pada harga batu bara dan minyak. Sebagai akibatnya, kami harus menaikkan harga jual semen kami baik kantong maupun curah di pertengahan bulan Maret 2022 sebagai usaha untuk meneruskan sebagian beban kenaikan biaya energi dan minyak tersebut ditambah dengan kenaikan harga kertas dan bahan baku lainnya, efek tekanan inflasi dari kondisi saat ini.
Namun demikian, manajemen Indocement tetap optimis untuk tetap bisa bersaing dalam pasar semen domestik yang diperkirakan masih tumbuh sekitar 5% didukung terutama dari pertumbuhan semen curah pada kelanjutan proyek-proyek infrastruktur dan katalis positif pembangunan ibukota negara baru (IKN) serta pemulihan proyek-proyek komersial dari para pengembang.
Indocement adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia. Saat ini Indocement dan entitas anaknya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai usaha inti) dan beton siap-pakai, serta tambang agregat dan trass, dengan jumlah karyawan sekitar 5.000 orang.
Indocement mempunyai 13 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 25,5 juta ton semen. Sepuluh pabrik berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa Barat; dan satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. (dan)