Oleh: Syamsudin Kadir
Penulis 50-an Judul Buku dan Belasan Buku Biografi Tokoh Nasional
KAMIS, 17 April 2025 adalah kesempatan yang sangat spesial dan istimewa bagi saya. Sebab saya mendapat kesempatan untuk menghadiri forum Halal Bihalal Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan alumni KAMMI yang bertema “Dari Fajar Perjuangan Menuju Terang Peradaban” dan berlangsung di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta. Pada forum ini hadir ratusan alumni KAMMI yang beragam profesi dan latar belakang, pengurus sekaligus kader KAMMI serta beberapa undangan lainnya.
Buya Anwar Abbas (Ketua PP Muhammadiyah) didaulat memberi tausiyah pada forum yang digawangi oleh PP KAMMI dibawah kepemimpinan Ketua Umum Ahmad Jundi Khalifatullah ini. Beliau berpesan agar KAMMI dan alumninya, (1) perkuat persaudaraan dan jejaring. Hal ini perlu dijaga sehingga potensi aktivis muslim tumbuh dan terjaga. (2) perkuat basis ekonomi. Hal ini menjadi penting karena berbagai sektor lainnya sangat ditentukan oleh penguatan aspek ini. (2) ekspansi ke berbagai sektor dalam rangka menebar rahmat bagi semua.
Pada forum yang penuh kekeluargaan dan keakraban ini, para mantan Ketua Umum dan perwakilan alumni KAMMI yang ditunjuk oleh panitia menyampaikan kesan, pesan dan gagasan perihal langkah KAMMI dan alumni KAMMI ke depan. Secara khusus, saya mencatat tiga poin penting yang disampaikan oleh Bang Fahri Hamzah (Bang FH) selaku Deklarator dan Ketua Umum pertama KAMMI. Di samping itu, dua poin penting yang disampaikan oleh Bang Vijaya Fitriyasa (Bang Vijay) selaku deklarator KAMMI dan Ketua KAMMI Bandung pertama.
Pertama, silaturahim itu indah. Menurut Bang FH, silaturahim bukan saja meneguhkan persaudaraan dan hubungan emosional, tapi juga lambang kokohnya moral dan spiritual. Pengalaman menekuni dunia aktivisme selama sekian waktu harus terus dijaga dalam rangka penguatan dalam berbagai sisinya. Perbedaan pandangan dan pilihan profesi harus menjadi modal mereguk keberkahan dan geliat berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan keumatan dan kebangsaan yang terhampar di depan mata.
Kedua, modal aktivis adalah kegelisahan yang menyadarkan. Menurut Bang FH, aktivis memiliki potensi kegelisahan yang mendalam dan terus menerus menjiwai seluruh derap langkah dan pilihan perjuangannya. Kegelisahannya dibangun oleh kesadaran untuk berbuat baik dan mengubah keadaan yang tak ideal. Kegelisahan yang dibangun atas kesadaran semacam itu akan memberi dampak dan daya gedor yang kuat dalam melahirkan pilihan agenda dan aksi perjuangan di berbagai medan laga, apapun profesinya.
Ketiga, perbedaan adalah kekuatan. Bagi Bang FH, KAMMI didirikan oleh visi besar dan semangat keragaman. Namun demikian, visi dan keragaman mesti berdampak pada upaya kolaborasi dalam menghadirkan perubahan atas berbagai keadaan. Berbagai perbedaan pilihan dan sikap politik, misalnya, tak perlu dipermasalahkan dan menegangkan suasana. Bila memungkinkan, KAMMI dan alumninya terus membuka ruang selebar mungkin untuk mematangkan perbedaan dengan niat baik dan agenda kebaikan. Perbedaan mesti dikreasi dalam rangka menuntaskan kerja-kerja kolektif.
Keempat, perlunya penguatan potensi berbasis profesi. Menurut Bang Vijay (pemilik klub yang diakui sebagai anggota Asprov PSSI DKI Jakarta, yakni Jakarta United Football Club (JUFC) dan pada 2018 berlaga dalam Liga 3 Indonesia zona DKI), KAMMI dan alumni KAMMI sudah selayaknya melakukan penguatan potensi dirinya secara vertikal. Usia 27 tahun adalah usia yang sangat mungkin untuk merencanakan dan menjalankan aksi produktif yang bermanfaat bagi banyak orang.
Kelima, perlunya ekspansi ke berbagai sektor. Menurut Bang Vijay, meluasnya struktur KAMMI dan bertambahnya alumni KAMMI harus diimbangi oleh semangat ekspansif. Berbagai sektor yang terhampar di depan mata adalah anugerah dari Allah yang perlu dimanfaatkan dengan baik oleh KAMMI dan alumni KAMMI. KAMMI dan alumninya tidak mesti di jalur politik semata, sebab terbuka lebar untuk menekuni bidang lainnya termasuk di institusi kemanusiaan dan sosial. Minat dan bakat harus diterjemahkan dalam ruang lingkup yang lebih luas dan ril bagi masyarakat dan bangsa.
Pada forum ini sangat nampak suasana kerinduan untuk bertemu dan mengenang jejak indah dan pengalaman berharga saat menjadi aktivis KAMMI. Perbedaan profesi, peran sosial dan pilihan politik melebur begitu rupa dalam semangat fastabiqul Khoirot: berlomba-lomba berbuat kebaikan. Suasana persaudaraan lebih terasa dan suasananya benar-benar “kangenin”. Suasana semacam ini diharapkan bukan terjadi sekali dalam setahun, tapi lebih rutin dan bila memungkinkan mendiskusikan banyak hal yang berdampak pada eksistensi dan meluasnya peran KAMMI juga alumni KAMMI.
- Ada ungkapan Bang FH yang sangat penting untuk direnungi oleh KAMMI dan alumni KAMMI pada forum ini. “Mari kita tulis kembali sejarah. Jangan titipkan sejarah pada siapapun!,” tegas Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman RI Kabinet Merah Putih ini. Hal ini mempertegas kembali tentang peranan sejarah KAMMI dalam menghadirkan reformasi 1998 silam dan aksi praktis sosok manusia ideal Indonesia yang diimpikan oleh KAMMI: “Muslim Negarawan”. KAMMI dan alumninya mesti terus mengasah kemampuan diri termasuk memperkokoh kolaborasi dengan berbagai elemen bangsa dalam merawat Indonesia. (*)